Dulu, profesi tukang ojek dianggap sebagai pekerjaan yang kurang menjanjikan bagi sebagian kalangan, apalagi dengan penampilan yang apa adanya dan motor yang kurang perawatan, seolah menambah profesi ojek sebagai profesi ‘jalan akhir’ dari segala profesi yang sudah pernah digeluti. Kini, dengan sentuhan Nadiem Makarim profesi ojek punya daya tawar sendiri di mata publik. Penampilan yang kumel dengan kondisi motor yang kurang perawatan tidak lagi ditemui.
Nadiem Makarim, Founder dan CEO Go-Jek
“Kami bukan perusahaan logistik, atau transportasi, Kami adalah perusahaan aplikasi yang bermisi sosial membantu menyejahterakan profesi ojek, “ungkap pendiri sekaligus CEO Go-Jek, Nadiem Makarim ke pada SWA Online di Jakarta.
Pria kelahiran 4 juli 1984 ini menjelaskan, sejak resmi berkibar dengan aplikasi Go-Jek pada bulan Maret 2014, pertumbuhan bisnisnya sangat signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya pengunduh aplikasi dan jumlah pengemudi atau driver Go-Jek yang berjumlah hingga 3000 driver di Jabodetabek dan semuanya terhubung ke sistem booking mobile. Kehadiran Go-Jek sudah menjadi solusi terpercaya bagi warga Jakarta untuk berpergian di tengah kemacetan, mengirim barang, dan juga berbelanja
Sebelumnya, Nadiem mengaku kostumer masih menggunakan cara konvensional lewat telepon atau kirim pesan untuk dapat merasakan layanan dari Go Jek.
Ketika disinggung soal omzet, dengan alasan rahasia perusahaan, Nadiem belum mau menjelaskan berapa jumlah pertumbuhan bisnisnya. “Terkait angka, baik itu omset, modal investasi hingga laba perusahaan, saya belum bisa untuk menjelaskannya. Belum saatnya, nanti ya. Yang jelas visi kami tidak hanya sekadar mengejar profit semata, tapi ikut serta mensejahterakan tukang ojek, itu yang menjadi kebanggaan dan kebahagiaan kami dalam berbisnis,” ungkap pria berkacama yang juga mantan direktur Zalora itu.
Terus bergerilya mengajak para ojek untuk bergabung dan menyebarkan informasi positif lewat komunitas ojek, merupakan langkah strategis bagi Nadiem dan tim Go-Jek untuk melebarkan jangkauan bisnis. Dengan pembagian profit yang sangat proposional dan menguntungkan sebesar 20% untuk driver dan 80% untuk managemen Go-Jek, dinilai Nadiem sebagai langkah dasar untuk menambah penghasilan driver ojek.
Ke depan, lulusan MBA Harvard Business School ini, akan mengembangkan sayap bisnisnya keberbagai wilayah di Indonesia. Saat ini, selain Jabodetabek yang sudah merasakan manfaat Go-Jek adalah Bandung dan Bali. Tidak hanya antar jemput dan pengiriman barang saja yang bisa digunakan dengan aplikasi Go-Jek, pelanggan pun kini sudah dapat dilevery order makanan lewat fitur Go-Food dalam aplikasi Go-Jek. (EVA)
No comments:
Post a Comment